Energi baru dan terbarukan, Profil Peneliti

Dr. Suroso

Berjuang Wujudkan Mimpi Mandiri Energi

Kebutuhan energi adalah persoalan umat manusia yang terus berusaha dijawab para peneliti.  Energi menjadi penopang kemajuan sebuah negara.  Selain berusaha mencari sumber untuk jumlah energi yang memadai, penelitian-penelitian tentang energi juga dituntut mengembangkan energi baru terbarukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang kian menipis.  Energi Baru Terbarukan inilah yang terus dikembangkan oleh Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman, Dr.Eng Suroso.,S.T.,M.Eng.  Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Unsoed ini fokus pada riset energi baru terbarukan.  Sebagaimana salah satu penelitiannya adalah Pembangkit Listrik Hibrida Surya Thermal dan Angin di Kawasan Pesisir.  Suroso juga mengembangkan teknologi yang penting yaitu inverter untuk merubah arus DC (Direct Current) menjadi AC (Alternating Current).  Hal ini dilakukannya agar hasil dari pembangkit listrik hibrida yang masih berupa arus DC dapat dikonversi menjadi AC.  Dua belas publikasi internasional tentang risetnya di bidang energi membuktikan kegigihannya dalam melakukan riset.

Saat ini Teknologi Pembangkit Listrik Hibrida dalam bentuk Prototype dipasang dan diamati di sekitar Laboratorium Fakultas Teknik Unsoed.  Penerima Unsoed Award Bidang Penelitian Tahun 2013 ini memasang tiga buah kincir angin dengan volume yang berbeda-beda dan memasang panel surya di atap depan Laboratorium.  Peraih gelar doktor dari Nagaoka University of Technology, Jepang ini mengungkapkan bahwa tiga kincir angin menghasilkan rata-rata 1200 watt sedangkan panel surya 1000 watt.  “Daya ini kemudian disalurkan ke baterei yang ada di laboratorium,” jelasnya.  Suroso menambahkan bahwa daya yang dihasilkan masih berupa DC sehingga perlu dirubah menjadi arus AC.  “Disinilah inverter memiliki peran yang sangat penting untuk merubah DC menjadi AC sehingga dapat digunakan untuk peralatan elektronik di sini yang kita gunakan membutuhkan arus AC,” jelasnya.  Berbagai riset dilakukan Ketua Jurusan Elektro Fakultas Teknik ini untuk menemukan inverter yang memiliki kualitas daya yang bagus dan rangkaian yang lebih sederhana.  Berbagai jenis inverter dengan berbagai tingkat menjadi perhatian Suroso.

Setelah melakukan riset dalam skala laboratorium, pembangkit listrik hibrida ini akan menjadi solusi di wilayah Karesidenan Banyumas dan sekitarnya.  Salah satu yang potensial adalah wilayah Cilacap sebagai wilayah yang berangin dan memiliki potensi panas matahari yang banyak.  “Hal ini sesuai dengan yang telah dicanangkan menjadi program nasional bahwa tahun ini 5% dari kebutuhan energi nasional adalah energi baru terbarukan,” jelasnya.  Meskipun Suroso mengakui bahwa untuk saat ini biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per-Kwh lebih mahal, namun dengan kapasitas yang lebih besar dan riset yang semakin maju maka energi terbarukan akan menjadi jawaban kebutuhan energi yang semakin meningkat dan sumber daya fosil yang terus berkurang.

Indonesia secara umum adalah negeri yang kaya dengan potensi energi baru terbarukan.  “Indonesia mendapatkan cahaya matahari yang melimpah, angin di pantai, gelombang laut, panas bumi, dan berbagai sumber lainnya,” ungkapnya.  Oleh karena itu penelitian di bidang energi menjadi sangat penting agar seluruh potensi tersebut kelak dapat dimanfaatkan dengan baik.

Saat ini selain terus melakukan riset di bidang energi baru terbarukan, pengajar mata kuliah elektronika daya ini juga aktif melakukan pengabdian kepada masyarakat baik dalam bentuk penyuluhan maupun aplikasi teknologi.  Kegiatan pengabdian masyarakat ini menjadi salah satu sarana untuk mendekat kepada masyarakat, meningkatkan pengetahuan sekaligus menyelesaikan berbagai persoalan yang ada.  Selain itu, Suroso juga aktif mengikuti berbagai konferensi internasional maupun nasional terkait dengan bidang ilmu yang digelutinya.  Tercatat tak kurang dari 5 negara yang berbeda telah dikunjungi dalam rangka menyampaikan makalahnya secara oral diantaranya Inggris, Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, dan Malaysia.  Suroso juga pernah mendapatkan penghargaan Best Paper Award dalam Seminar Internasional CITEE pada tahun 2012 lalu di UGM Yogyakarta.